MIQDAD BIN AMR (Prajurit Berkuda Pertama dalam Islam)



Ketika membicarakan Miqdad bin Amr, para sahabat dan teman dekatnya berkata, “Orang yang pertama memacu kudanya dalam perang di jalan Allah ialah Miqdad bin Al-Aswad”. Miqdad termasuk dalam rombongan orang-orang yang masuk Islam lebih awal, dan orang ketujuh yang menyatakan keislamannya secara terus terang, sehingga harus menanggung penderitaan oleh kemurkaan dan kekejaman orang-orang Quraisy.
Pada hari yang diawali dengan ketegangan itu, yakni ketika Quraisy datang dengan kekuatan yang dasyat, dengan semangat dan tekad yang bergelora, dengan kesombongan dan keangkuhan mereka. Pada hari itu, jumlah kaum muslimin masih sedikit dan sebelumnya tidak pernah mengalami peperangan untuk mempertahankan Islam, dan inilah peperangan pertama yang mereka hadapi. Rasulullah SAW menguji keimanan para pengikutnya dan meneliti persiapan mereka untuk menghadapi tentara musuh yang datang menyerang, baik pasukan pejalan kaki maupun angkatan berkuda.
Para sahabat diajak bermusyawarah. Mereka mengetahui bahwa jika beliau meminta buah pikiran dan pendapat mereka, itu berarti beliau sedang menghadapi suasana kritis. Beliu meminta pendirian dan pendapat mereka yang sebenarnya, sehingga bila ada diantara mereka yang berpendapat lain yang berbeda dengan pendapat umum, berarti ia tidak perlu takut akan mendapat penyesalan.
Kini giliran Miqdad tampil berbicara, “Wahai Rasulullah, laksanakanlah apa yang dititahkan Allah, dan kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israil kepada Musa ‘Pergi dan berperanglah kamu bersama Tuhanmu, sedangkan kami akan duduk menunggu disini.’ Tetapi kami akan mengatakan kepadamu, ‘Pergi dan berperanglah engkau bersama Tuhanmu, dan kami ikut berjuang bersamamu.’ Demi Dzat yang telah mengutusmu membawa kebenaran! Seandainya engkau membawa kami ke dalam lautan lumpur, kami akan berjuang bersamamu di sebelah kanan dan di sebelah kirimu, di bagian depan dan di bagian belakangmu, hingga Allah memberikan kemenangan kepadamu”
Dan kedua pasukan pun berhadapanlah. Anggota pasukan Islam yang berkuda ketika itu jumlahnya tidak lebih dari tida orang, yaitu Miqdad bin Amr, Martsad bin Abu Martsad dan Az-Zubair bin Al-Awwam, sedangkan pejuang-pejuang lainnya terdiri atas pasuka pejalan kaki atau pengendara unta.
Ucapan Miqdad yang kita kemukakan tadi, tidak saja menggambarkan keperwiraannya semata, tetapi juga melukiskan logikanya yang tepat dan pemikirannya yang dalam. Demikianlah sifat Miqdad. Ia adalah seorang filosof dan ahli pikir. Ia adalah seorang yang arif dan pandai mengolah kata. Kebijaksanaannya itu tidak saja terlihat dalam kata-katanyas saja, tetapi juga tampak pada prinsip-prinsip hidup yang kukuh, serta perilaku yang lurus dan konsisten. Pengalamannya menjadi sumber bagi kearifan dan penunjang kecerdasannya.

Itulah Miqdad, memancarkan kearifan dan kecerdasan. Setiap tindakan, pengalaman, dan ucapannya, menunjukkan bahwa ia seorang yang cerdas dan bijaksana.

0 komentar: