Sebelum berbicara
mengenai urgensi organisasi sebagai wadah ekplorasi diri, seyogyanya kita
menegetahui terlebih dahulu definisi dari organisasi itu sendiri. Menurut
sebuah artikel yang saya baca (dalam http://isma-ismi.com), terdapat banyak
pendapat mengenai definisi dari organisasi. Menurut salah seorang ahli yang
bernama Schein, organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan
sejumlah orang untuk mencapai tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan
fungsi lewat hirarki otoritas dan tanggung jawab. Sedangkan menurut Stephen. P.
Robbins organisasi merupakan kesatuan social yang di koordinasikan secara sadar
dengan sebuah batasan yang relative dapat di identifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan. Meninjau paparan diatas, kita dapat menarik benang merah
dari definisi tersebut bahwa organisasi merupakan sekumpulan orang atau
sekumpulan karakteristik yang sama yang memiliki tujuan serta terjalinnya pola
hubungan antar anggota tersebut yang kemudian di pimpin oleh salah seorang yang
dipercaya di antara mereka.
Di dunia ini tidak
ada yang sia sia, begitupun dengan organisai. Tidak ada kesia-siaan. Jika
organisasi harus terdiri lebih dari satu orang, tentunya itu akan menuai
manfaat bagi orang yang mengikuti organisasi. Saling interaksi, membenahi diri
dan saling memahami untuk menjalankan kinerja team dengan harapan target yang
sudah disepakati dapat terealisasi, tentunya itu akan sangat berpengaruh bagi
orang orang yang terlibat dalam sebuah organisasi. Keapatisan diri dan dapat
meredakan egoisme pribadi, misalnya, itu adalah sebagian kecil dari manfaat
yang seseorang dapatkan ketika mereka terjun ke dalam ranah yang di namakan
organisasi.
Lebih dari itu,
sebagai mahasiswa yang di harapkan mampu menjadi agen
of change, social control bahkan moral
force harus sedemikian telaten dalam menghadapi isu dan tantangan
di masyarakat. Oleh karena itu, organisasi dapat di jadikan sebagai salah satu
wadah yang mampu mengembangkan potensi serta pola berpikir yang sedemikian
kritis, terutama dalam menyikapi permasalahan yang muncul di atmosfer
keorganisasian yang sedang di gelutinya. Problematika yang terkadang muncul
dalam suatu organisasi merupakan bumbu dari kebergaman dalam suatu organisasi.
Tapi berangkat dari sanalah, kita mampu belajar untuk bagaimana bersikap
bijaksana dan dewasa terhadap problema yang tengah terjadi dalam organisasi
tersebut. Selain belajar untuk mengendalikan emosipun, dalam sebuah organisasi
kita akan tertantang untuk menujukan potensi yang di miliki diri, sebagai salah
satu contohnya, seseorang akan merasa tertantang dan terdorong untuk
merealisasikan keinginan atau harapan bahkan target yang termaktub dalam suatu
program kerja, darisanalah kita di tuntut untuk menjadi seorang pribadi yang
tanggung jawab, melatih potensi seperti: komukasi dengan orang lain, adu
argument, dan masih banyak lain halnya yang sekiranya bermanfaat ketika
seseorang berada dalam sebuah lingkup organisasi.
Lantas, untuk apa
kita hanya berdiam diri sedangkan orang lain sudah berlari jauh di depan kita?
Kalau bukan kamu yang mengikuti oraganisasi ini, lanatas siapa lagi? Dan kalau
bukan kita? Tidak ada lagi. Sebuah organisasi akan sedemikan bernilainya apabila
sudah di tanamkan cinta untuk organisasi tersebut, serta keluarga dengan antar anggota.
Tuti
Alawiyah
Pengurus
BEM KEMA PLS 2015-2016
0 komentar: