Ia dilahirkan dalam buaian kemewahan
karena Ayahnya menjadi hakim dan walikota Ubullah. Hingga suatu ketika kota ini
di serbu oleh orang-orang Romawi dan menahan sejumlah penduduk kota tersebut
termasuk Shuhaib bin Sinan. Lalu Ia menjadi budak belian dan perjalananya
berakhir di Mekkah setelah menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di
Romawi sehingga dialeknya telah menjadi dialek romawi.
Dalam salah satu peristiwa yang dijabarkan
oleh rekannya, Ammar bin Yasir. Shuhaib bin Sinan dan Ammar bin Yasir sama-sama
ingin menemui Rasulullah SAW di rumah Al Arqam untuk mendengarkan Rasulullah
SAW mendakwahkan Islam, kemudian mereka berdua menerimanya dan menginggalkan
rumah Al Arqam secara sembunyi-sembunyi.
Setelah Shuhaib bin Sinan masuk agama
islam, Ia sadar bahwa alam langit dengan segala apa yang diwakilinya baik
keagamaan dan akhlak, maupun peraturan yang harus dilangkahinya, dan Ia menuju
alam baru dengan segala aspek dan persoalannya.
Shuhaib bin Sinan adalah perantau dan
Ammar bin Yasir adalah seorang miskin, namun mengapa mereka menerima ajakan
Rasulullah untuk beriman kepada Allah? Itulah panggilan iman yang tidak dapat
dibendung. Dan itulah dia pengaruh kepribadian Muhammad SAW yang kesan-kesannya
telah mengisi hati banyak orang, baik dengan hidayah maupun kasih sayang.
Jiwa Shuhaib bin Sinan telah tertempa
menjadi keras dan ulet, zuhud tidak kenal lelah dan sifat-sifatnya ini telah
terbukti dalam perjalanan hijrahnya ke Madinah. Ketika Rasulullah hendak
berhijrah, Shuhaib mengetahuinya, dan menurut rencana ia akan menjadi orang
ketiga dalam hijrah tersebut, setelah Rasulullah dan Abu Bakar.
Namun saat ditengah perjalanan Shuhaib bin
Sinan terjebak dalam salah satu perangkap kaum Quraisy sementara Rasulullah dan
Abu Bakar berhasil meloloskan diri. Saat Quraisy lengah, Shuhaib melarikan diri
dengan menggunakan untanya lalu orang-orang Quraisy menyusulnya dan saat
Shuhaib berhadapan dengan orang-orang Quraisy Ia memberi pilihan antara melawan
mereka dan membuat perjanjian dengan mereka dengan jaminan Ia akan memberikan
semua harta bendanya asalkan Ia tidak di tahan oleh kaum-kaum Quraisy dalam
berhijrah.
Akhirnya kaum Quraisy setuju dengan
tawaran kedua Shuahib dan akhirnya orang-orang Quraisy membiarkan Shuhaib
pergi. Disitulah pengorbanannya untuk Islam, Ia rela memberikan seluruh harta
kekayaannya demi bisa berhijrah dan menyusul Rasulullah di Quba’ (Hijaz, Madinah)
dan ketika Rasulullah melihat Shuhaib bin Sinan telah menyusulnya, Rasulullah
SAW berseru “Sungguh menguntungkan jual beli Abu Yahya (Julukan Shuhaib bin
Sinan) betapa menguntungkan jual belinya”. Ketika itulah, Allah menurunkan
ayat-Nya yang mulia:
Dan diantara manusia ada yang mengorbankan
dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.
(Al-Baqarah:207). Dan ayat ini sesuai denga Shuhaib yang merelakan harta
kekayaannya yang Ia kumpulkan sejak remaja demi perjuangannya memiliki jiwa
yang beriman. Shuhaib sangat disayangi oleh Rasulullah SAW karena disamping
kasalehan dan ketakwaannya, ia adalah seorang periang dan humoris juga pemurah
dan humoris.
Karena keutamaan Shuhaib bin Sinan, Umar
bin Al-Khattab memilihnya untuk menjadi imam bagi kaum muslimin dalam shalat
mereka, dan saat umar berada di akhir hayatnya tatkala ditikam oleh musuh sewaktu
melakukan shalat subuh, Ia berpesan kepada para sahabatnya agar Shuhaib bin
Sinan menjadi imam kaum muslimin dalam shalat. Shuhaib bin Sinan juga salah
satu dari enam sahabat yang diberi tugas untuk mengurus pemilihan khalifah baru
dan saat itu ia diberi tugas menjadi imam dalam shalat kaum muslimin di masa
transisi antara wafatnya Amirul Mukminin dan terpilihnya khalifah baru.
Beberapa hikmah yang dapat diambil dari
kisah Shuhaib bin Sinan adalah
·
Tidak
boleh menggantungkan hidup kepada orang lain, walaupun ayahnya seorang yang
kaya namun ia menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya menjadi budak belian.
Status orang tua belum tentu menjamin keberlangsungan hidup kita.
·
Tidak
menutup hati untuk mendapatkan hidayah dari Allah, ia menerima agama islam yang
ditawarkan Rasulullah dengan besar hati.
·
Memiliki
tekad yang kuat dalam melakukan kebaikan, ia bersungguh-sungguh hijrah bersama
Rasulullah walaupun nyawa dan hartanya menjadi taruhan.
·
Zuhud
terhadap dunia, walaupun hartanya telah ia kumpulkan semenjak remaja tetapi
demi keimanan dan kecintaannya kepada Allah dan rasul-Nya, Ia rela memberikan
seluruh hartanya yang berlimpah ruah kepada kaum Quraisy.
thank nice infonya sangat menarik, silahkan kunjungi balik website kami http://bit.ly/2BNthKE
BalasHapus